PENCEMARAN UDARA OLEH RUMAH TANGGA


Pencemaran Udara oleh Rumah Tangga

Rumah tangga ternyata memberikan kontribusi yang sangat besar dalam pencemaran lingkungan. Limbah domestik (sampah keluarga) dari daerah pemukiman, pada saat ini merupakan salah satu sumber pencemar air terbesar di Indonesia. Hal ini disebabkan masih sangat terbatasnya upaya pengelolaan limbah penduduk.
Persoalan lain adalah mengenai sampah. Dari tahun ke tahun tingkat konsumsi manusia senantiasa meningkat. Angka-angka untuk sampah sudah sedemikian besarnya. Di Indonesia, belum ada perhitungan rinci mengenai produksi sampah dalam rumah tangga. Sebagai perbandingan, di Amerika Serikat tahun 1920 tiap rumah tangga rata-rata menghasilkan 1,5 kg sampah per hari. Pada tahun 70 menjadi 2,5 kg, tahun 80 menjadi 3,6 kg, dan tampaknya terus meningkat di tahun-tahun ini.
Menurut US National Institutes of Health (NIH), polusi udara dalam ruangan dari kompor telah mempengaruhi sekitar 3 miliar orang atau hampir separuh populasi dunia. Para ilmuwan NIH mengatakan, selain berdampak pada kesehatan manusia, bahan bakar yang digunakan dalam kompor menyebabkan penggundulan hutan dan kerusakan lingkungan.
Kayu, tanaman kering, arang, kotoran hewan, atau bahan bakar batubara yang digunakan untuk kompor memenuhi rumah dengan asap tebal dan menghitamkan langit-langit. Hal ini meningkatkan risiko gangguan kesehatan seperti kanker, pneumonia, dan penyakit paru kronis.
Asap dapur tak hanya dihasilkan oleh kompor. Tapi juga oleh proses memasak itu sendiri. Proses penggorengan dan pemanggangan menghasilkan asap lebih banyak daripada proses perebusan.
Pencemaran udara saat ini telah mencapai tingkat yang mencemaskan, baik pencemaran di luar rumah (outdoor air pollution) maupun pencemaran udara di dalam rumah (indoor air pollution). Hal ini terutama di kota-kota besar. Dilaporkan bahwa ada 1,4 milyar penduduk kota di dunia terkena bahan pencemar udara seperti partikel debu dan SO2 lebih dari standar yang ditetapkan WHO.
Pencemaran udara dalam ruang akibat penggunaan bahan bakar untuk kegiatan memasak pada rumah tangga menjadi penyebab permasalahan kesehatan di sejumlah negara berkembang di dunia. Konsentrasi CO di dapur LPG, pada saat kegiatan memasak adalah 3 ppm, sedangkan pada saat tidak memasak adalah 2 ppm. Di dapur minyak tanah konsentrasinya 13 ppm (memasak) dan 2 ppm (tidak memasak). Sedangkan dapur dengan kayu bakar nilanya mencapai 88 ppm (memasak) dan 4 ppm (tidak memasak). Konsentrasi CO rata-rata yang terjadi pada dapur berbahan bakar kayu bakar sebesar 13,48 ppm sedangkan dapur LPG menghasilkan konsentrasi CO yang paling kecil yaitu 0,48 ppm, sedangkan minyak tanah sebesar 2,9 ppm. Dari analisis konsentrasi CO selama memasak disimpulkan terdapat pengaruh dari kegiatan memasak terhadap konsentrasi CO di dapur. Hasil model simulasi pembakaran terlihat pola distribusi aliran gas pemabakaran kompor LPG, minyak tanah, dan arang hampir sama namun persebaran emisi pembakaran dari arang (kayu bakar) lebih besar disbanding minyak tanah dan LPG.
Namun, resiko itu dapat dikurangi dengan melakukan beberapa hal di antaranya:
1)      Membuat ventilasi
Dapur wajib memiliki ventilasi agar asap dapur hasil pemabakaran dapat bersikulasi dengan udara dari luar yang masih bersih. Besarnya ventilasi haru sebanding dengan ukuran ruangan dan banyaknya asap yang dihasilkan.
2)      Memasang pengisap asap
Biasanya pada komplek/perumahan tipe sederhana, tembok antar rumah saling berdempetan sehingga pada bagian dapur biasanya tidak ada ventilasi/jendela yang mengarah ke ruangan terbuka. Apabila tidak dapat dimodifikasi, maka pengisap asap dapat menjadi alternatif. Pengisap asap ini mengggunakan energy listrik, sehingga harus diperhatikan daya yang dibutuhkan dengan daya listrik yang tersedia. Dengan pengisap asap ini, maka asap akan disedot dan dibuang.
3)      Menggunakan kompor  yang tepat
Jenis kompor yang digunakan akan mempengaruhi  banyak sedikitnya asap yang dihasilkan. Kompor gas akan menghasilkan asap yang lebih sedikit dibandingkan dengan kompor arang atau kayu. Namun burner gas yang tak rutin dibersihkan juga akan membuat udara kotor.
4)      Menggunakan tanaman
Meletakkan pot tanaman lidah mertua/golongan sansevieria di dapur dapat membantu mengurangi polusi dapur karena tanaman ini diketahui mengisap CO2 lebih kuat disbanding tanaman lain.


Comments

  1. The high level of air pollution in the world is very disturbing forms of life on earth and the more vehicles such as motorcycles and automobiles increases every day
    domino qiu qiu

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

PANTAI BERLUMPUR

Cara Menghitung Air Buangan (Limbah) Kompleks Perumahan

PEMANTAUAN KUALITAS AIR (1)