PANTAI BERLUMPUR
Pantai
berlumpur dicirikan oleh ukuran butiran sedimen sangat halus dan memiliki
tingkat bahan organic yang tinggi, pantai ini pula banyak dipengaruhi oleh
pasang surut yang mengaduk sedimen secara periodik. Interaksi organisme dengan sedimen
dan pengaruh evaporasi perairan sangat tinggi di lingkungannya. Seperti yang
terdapat di laut Kuning, Korea Selatan dan teluk Fundy di Amerika Utara adalah
gambaran luasnya daerah kepesisiran dengan dominasi sebagai daerah pengendapan
lumpur (mud deposition) yang mengurung daerah tersebut. Sehingga menjadikan
pantai berlumpur sebagai mintakat yang memiliki pengaruh energi rendah seperti
estuary dan lagoon juga sebagai daerah pemasukan air tawar (influx freshwaters) dalam jumlah yang
besar sehingga kompleksitas sedimen dominan adalah berbutir halus (dominantly fine-grained sediments).
Bagaimanapun,
pelumpuran yang terjadi di wilayah pantai tidak hanya disebabkan oleh energi
lingkungan rendah, akan tetapi bahwa kelimpahan sedimen seperti sedimen halus,
pengendapan lumpur dapat tetap berlaku dan bahkan pada pantai yang memiliki
pengaruh gelombang yang besar.
Pantai
berlumpur terjadi di daerah pantai di mana terdapat banyak muara sungai yang
membawa sedimen suspense dalam jumlah besar ke laut. Selain itu kondisi
gelombang di pantai tersebut relative tenang sehingga tidak mampu membawa
(disperse) sedimen tersebut ke perairan dalam di laut lepas. Sedimen suspense
tersebut dapat menyebar pada suatu daerah perairan yang luas sehingga membentuk
pantai yang luas , datar, dan dangkal. Kemiringan dasar laut atau pantai sangat
kecil.
Biasanya
pantai berlumpur sangat rendah dan merupakan daerah rawa yang terendam air pada
saat muka air tinggi (pasang). Daerah ini sangat subur bagi tumbuhan pantai
seperti pohon bakau (mangrove). Mangrove adalah tumbuhan berwujud semak dan
pohon dengan akar tunjang, yaitu akar yang banyak tumbuh dari batang menjadi
penopang tumbuhan tersebut. Selain itu juga ada juga mangrove yang mempunyai
akar pernapasan yang menyembul dari tanah. Mangrove denganakar tunjang dan akar
pernapasan yang begitu ruwet di pantai dapat menangkap lumpur sehingga terjadi
sedimentasi. Guguran daun dan ranting menjadi serasa organic sehingga
mempersubur perairan pantai, sehingga banyak mengundang hewan antara lain
beberapa jenis ikan dan udang. Hutan bakau ini dapat berfungsi sebagai peredam
energy gelombang, sehingga pantai dapat terlindung dari erosi.
Pada
umumya sedimen yang berada di daerah pantai (perairan pantai, muara sungai atau
estuary, teluk) adalah sedimen kohesif dengan diameter butiran sangat kecil,
yaitu dengan beberapa micron. Sifat-sifat sedimen lebih tergantung pada
gaya-gaya permukaan daripada gaya berat. Gaya-gaya permukaan tersebut adalah
gaya tarik dan gaya tolak. Apabila resultannya merupakan gaya tarik, partikel
akan berkumpul dan membentuk flokon dengan dimensi yang jauh lebih besar
daripada dimensi partikel individu. Fenomena ini disebut dengan flokulasi.
Sebagian besar sedimentasi yang terjadi di perairan pantai merupakan hasil
flokulasi sedimen kohesif.
Bentuk
profil pantai sangat dipengaruhi oleh serangan gelombang. Sifat-sifat sedimen
seperti rapat mass dan tahanan terhadap erosi, ukurn dan bentuk partikel,
kondisi gelombang dan arus, serta bathimetrik pantai.
Pantai
bisa terbentuk dari material dasar yang berupa lumpur, pasir atau kerikil
(gravel). Kemiringan dasar pantai bergantung pada bentuk dan ukuran material
dasar. Pantai lumpur mempunyai kemiringan sangat kecil sampai mencapai 1:5000.
Pantai berlumpur banyak dijumpai di daerah pantai di mana banyak sungai yang
mengangkut sedimen suspense bermuara di daerah tersebut dan gelombang relatif
kecil. Pantai utara Jawa dan timur Sumatera sebagia besar merupakan pantai
berlumpur.
Perbedaan
utama denganw wilayah pesisir dengan substrat berpasir adalah pantai belumpur
tidak dapat berkembang dengan hadirnya gerakan gelombang. Oleh karena itu,
daerah pesisir dengan pantai berlumpur hanya terbatas pada daerah intertidal
yang benra-benar terlindung dari aktivitas gelmbang laut terbuka. Pantai berlumpur
dapat berkembang dengan baik jika ada suatu sumber partikel sedimen yang
berbutiran halus.
Ukuran
partikel yang sangat halus disertai sudut dasar sedimen yang amat datar
menyebabkan air di dalam sedimen tidak mengalir keluar dan tertahan di dalam
substrat. Pantai berlumpur cenderung untuk mengakumulasi bahan organic,
sehingga cukup banyak makanan yang potensial bagi organisme panta ini. Namun,
berlimpahnya partikel organik yang halus yang mengendap di dataran lumpur juga
mempunyai kemampuan untuk menyumbat permukaan alat pernafasan.
Kebanyakan
organisme yang menempati daerah berlumpur menunjukkan adaptasi dalam menggali
dan melewati saluran yang permanen dalam substrat. Kehadiran organism
ditunjukkan oleh adanya berbagai lubang di permukaan dengan ukuran dan bentuk
yang berbeda. Ketika organism berada di dalam substrat, mereka harus
beradaptasi untuk hidup dala keadaan anaerobic atau harus membuat beberapa
jalan yang dapat mengalirkan air dari permukaan yang mengandung oksigen ke
bawah. Makrobentos memiliki penyebaran yang lebih luas karena mampu beradaptasi
dengan air tawar maupun air laut dengan tekstur sedimen lunak dan keras.
Sejarah
perkembangan pengkalsifikasian pantai diawali tahun 1930 oleh Francis Shepard
kemudian mengalami beberapa kali perubahan pada tahun 1948, 1963 dan terkahir
diperbaharui pada tahun 1973 di mana klasifikasi ini menjadi standard dan
dipakai oleh U.S Army of Engineers (1998) sebagai dasar untuk membuat
klasifikasi pantai. Pantai berlumpur sendiri secara genetik digolongkan sebagai
marine deposistion coast. Secara
harfiah diambil dari bahasa Inggris adalah mudflat atau salt marshes yang
berbentuk delta (deltaic) atau pantai secara gradient datar dan memiliki
pengaruh gelombang kecil (U.S Army Of Engineers, 1998; Delgado et al,
2002)
Peran
ekosistem pantai berlumpur di wilayah pesisir tergambar oleh kehadiran
ekosistem lainnya seperti ekosistem htan mangrove dan ekosistem delta yang
saling memiliki keterkaitan antara satu dengan lainnya. Adanya aktivitas fauna
dan flora serta keadaan hidrodinamika air laut seperti kejadian pasang dan
surut (tidal), arus pasang surut (tidal current), gelombang (waves), distribusi
salinitas dan transport sedimen merupakan suatu keadaan in situ dari ekosistem
ini.
Proses-proses
Fisik di Pantai Berlumpur
Fenomena
pergerakan air dan aliran sedimen di daerah pesisir lebih khusus untuk daratan
delta dan hutan mangrove adalah fenomena khusus dan spesifik. Genesa pantai
berlumpur oleh Sunarto (2002), tersusun oleh materi lebek/lumpur. Proses
sedimentasi di pantai dapat dibedakan menjadi deposisi dan siltasi (Simeoni et
al, 2002). Deposisi umumnya diartikan sebagai pengendapan sedimen lepas
(klastik), sedangkan siltasi atau pelumpuran diartikan sebagai pengendapan
material lumpur atau sedimen lembek (Nitrouer and Kravitz, 1996).
Proses
hydro-physical yang terjadi di pantai berlumpur adalah suatu rejim dari seluruh
variable kejadian di mana angka rata-rata menjadi penting sebagai acuan melihat
pergerakan air (current), dinamika pasang surut (tidal assymentri) dan energy
gelombang ( wave energy) pada suatu musim (Carter,2002). Pergerakan massa air
ini banyak mempengaruhi keberadaan organisme pantai berlumpur (Elliot et al, 1998). Pergerakan
uni-directional, multi-directional dan oscillatory adalah tiga tipe yang
berbeda pergerakaan massa ar di pantai berlumpur di mana pergerakan air ini
akan memberikan tekanan yang menguntungkan kadaan lingkungan itu sendiri
(Carter, 2002). Selain itu, selama badai (storm event) daerah pantai berlumpur
akan menimbulkan perubahan ektrem pembentukan energy dan arah gelombang
(Pethick, 1984; Dyer,1998). Menurut Buller dan McMannus (1979) pantai berlumpur
sangat sensitive terhadap pengaruh perubahan hydro-physical lingkungan
perairan. Sebagai contoh, aksi gelombang yng muncul secara periodic dapat
mengubah paras pantai berlumpur secara fisik akibat diterjang badai, sehingga
lumpur atau pasir akan terangkat setinggi 20 cm. Seperti adanya kejadian badai,
merupakan suatu mekanisme penting yang dapat mengurutkan kembali sedimen (lumpur),
sisa-sisa partikel kasar dan pelepasan
kembali ke alam sedimen-sedimen yang telah tercemar (Buller dan McManus, 1979).
Proses-proses
fisik di pantai berlumpur merupakan suatu system yang saling kait-mengkait
antara system daratan dan lautan. Pada system di estuaria adalah merupakan
contoh kasus yang menarik karena pada system inilah pada umumnya terdapat
pantai berlumpur. Aliran energy pada wilayah estuary mencakup aliran keluar dan
aliran ke dalam yang dapat mengubah bentuk bentang alam dari system estuary
tersebut (Towned, 2004). Secara umum, estuaria merupakan bagian dari pantai di
mana aliran sungai bermuara. Terdapat berbagai cara dalam mendefinisikan dan
mengklasifikasikan estuaria. Di mana estuaria dipandang sebagai daerah yang
terjangkau oleh aliran pasang surut dari laut terbuka, terdapat gradient
salinitas dan densitas yang dihasilkan oleh proses pertemuan, antara aliran air
laut salinitas tinggi dan air sungai bersalinitas rendah.
Dinamika
sifat fisik di wilayah pantai berlumpur merupakan suatu fenomena tersendiri.
Walaupun telah mengalami banyak gangguan campur tangan manusia, wilayah ini
sendiri belumlah mendapat perhatian khusus di dalam memanfaatkan sebagai lahan
potensial. Pantai berlumpur merupakan salah satu wilayah yang berada di pesisir
memiliki cadangan nutrient yang berlimpah. Walaupun pantai ini sendiri belum
banyak dimanfaatkan secara berkelanjutan, di mana fungsi pantai ini sendiri
hanya merupakan bagian kecil yang ada di sub-sub ekosistem wilayah pesisir.
Hutan
Mangrove pada umumnya mendominasi zona-zona pantai berlumpur dan delta estuaria
pasang surut. Pada zona pasang surut yang luas, mangrove membentuk hutan yang
lebat, misalnya kawasan delta yang luas. Lokasi penggenangan pasang surut dan
daerah yang merawa di muara sungai besar (Field, 1995). Pasang surut
berpengaruh terhadap penyebaran jenis-jenis mangrove. Komposisi flora hutan
mangrove sangat dipengaruhi oleh periode pasang surut laut pemasukan air
permukaan yang masuk melalui sungai, sehingga akan terjadi perbedaan salinitasi
di kawasan Mangrove.
Manteep banget pembahasannya. Ijin bookmark.
ReplyDeleteTerima kasih penjelasaanya
ReplyDelete